Para
penonton tercengang ketika kontestan yang paling diunggulkan memasuki
arena. Siapa lagi kalau bukan sang juara empat kali berturut-turut,
Suiryu si Tinju Hampa.
"Ini dia..."
"Yang paling diunggulkan..."
"Atmosfer stadionnya jadi benar-benar berubah.." ucap si Muka Asam.
"Kenapa?" tanya Saitama.
Bahkan pembawa acara sempat terdiam sejenak sebelum akhirnya berteriak,
"Siapa sangka kita akan bisa menyaksikan pertandingan orang ini lagi!?
Seluruh stadion dipenuhi rasa gembira dan antisipasi!! Peserta Suiryuu
telah memasuki arena!!"
"Suiryuu!!" teriak penonton.
"Kalahkan mereka semua!!"
"Dan yang akan bertarung menghadapinya adalah... Peserta Max!! Pada
pertarungannya sebelumnya, ia dengan jelas menunjukkan perbedaan
kekuatan antara dirinya dan Peserta Linlin, kemudian memperoleh
kemenangan yang sangat cepat!!"
Kedua peserta telah berada di atas arena, dan mereka saling menatap satu
sama lain. Max tetap dengan tatapannya yang fokus, sementara Suiryuu
yang sejak tadi memasang senyum ramah kini berubah menjadi senyum yang
mengerikan.
"Reputasinya memang luar biasa.." ucap Max dalam hati. "Tapi apa aku
benar-benar kalah jauh dari orang ini? Tidak, tidak seperti itu.
Ingatlah baik-baik, Lightning Max..."
Max memejamkan matanya, membuat Suiryuu agak bingung.
Max
memejamkan mata untuk lebih meningkatkan konsentrasi, kemudian ia
membukanya lagi dan dalam hati berkata, "Musuh sesungguhnya yang harus
kulampaui adalah..."
Max menatap Suiryuu lagi, dan kini yang terlihat di hadapannya bukan
hanya Suiryuu. Gambaran Monster Raja Laut yang dulu pernah mengalahkan
Max terpampang di atas tubuh Suiryuu.
"Aku benci merusak reputasi bagusmu, Pak Suiryuu, tapi dibanding dengan
monster yang pernah kuhadapi dulu, kau terlihat seperti bayi kecil."
ucap Max. "Panggung utama yang kuincar adalah tempat yang jauh dari
jangkauan orang sepertimu.."
Max lalu menundukkan kepala dan bergumam sendiri, "Aku harus jadi lebih
kuat, bagaimanapun caranya! Kalau tidak, aku tak akan bisa melidungi
semua orang! Sebagai seorang Hero, hal itu tak bisa diterima!!"
Max mengangkat kepalanya lagi, lalu bicara dengan lantang pada Suiryuu,
"Sial bagimu, tapi kukira kekuatan yang kau miliki pas dengan yang
kubutuhkan untuk menjadi batu loncatanku. Jadi aku akan menjadikanku
sebagai alat latihan untuk mengetes teknik anti monster terbaruku!!"
"Ah...
Benar sekali, kau itu Hero Professional atau semacamnya, kan?" ucap
Suiryuu santai. "Jadi selama ini kau bertarung dengan aspirasi yang
tinggi seperti itu ya? Tapi memang sih, tiap petarung memiliki alasan
yang berbeda-beda untuk mencari kekuatan.."
"Para peserta, bersiap!!" seru wasit.
Max langsung memasang kuda-kuda, sementara Suiryuu hanya berdiri diam.
Lalu ketika wasit berteriak, "Fight!!!"
Max langsung berlari kencang ke arah lawannya. Tak hanya berlari, Max
bahkan melakukan beberapa gerakan salto lalu melompat dan berputar di
atas Suiryuu, bersiap untuk menyerang.
"Hm?"
"Lightning... Giant Swinging Double Axe Kick!!!!" Max melesatkan
tendangan dengan putaran yang mantap. Tapi bahkan sebelum kakinya
berhasil menyentuh lawan, sesuatu terlebih dahulu menghantam kepalanya
dengan sangat keras.
Tendangan Suiryuu. Tendangan cepat, kuat, dan akurat dari seorang ahli bela diri.
Satu tendangan itu langsung membuat Max tak sadarkan diri dan terlempar jauh ke pinggir arena.
"Alasan kenapa aku mencari dan memperoleh kekuatanku... Hanya supaya aku
bisa hidup bebas dan santai, itu saja! Dan sepertinya aku lebih kuat
dari perkiraanmu, sayang sekali.."
Semua kontestan tercengang, kecuali Saitama.
Di antara para penonton, Genos mengawasi orang itu dengan seksama.
"Ia berhasil mengalahkan Hero Kelas A dengan satu serangan. Kalau tak
salah dia sempat bilang dia memutuskan untuk ikut lagi dalam turnamen
ini hanya untuk membawa pulang hadiah uangnya. Jadi masih ada
orang-orang seperti dia berkeliaran di dunia ini, eh? Ahli bela diri
level Master yang menjauhkan diri dari media..."
"Apa ini berarti jumlah warga biasa yang melampaui kekuatan Hero
Professional lebih banyak dari yang diyakini?" pikir Genos. "Kurasa itu
bukan sesuatu yang mengejutkan. Di antara mereka, tak ada yang menjamin
kalau orang yang punya kekuatan juga punya niat untuk memanfaatkannya
demi orang banyak. Master Saitama saja selama ini menjadi Hero hanya
untuk hobi tanpa diketahui oleh siapapun. Tak heran kalau ada orang lain
yang sama sepertinya entah di mana."
"Sampai saat ini, kurasa masih belum akan ada orang yang kekuatannya
melebihi Master Saitama, tapi... Orang ini layak diperhitungkan." pikir
Genos. "Mungkin dia bisa memuaskan keinginan Master untuk menghadapi
seorang ahli bela diri. Tapi masih sangat dini untuk menduga-duga.."
Di antara para peserta, si Muka Asam menjadi salah satu yang paling
heboh. "A-Apa kau lihat yang tadi itu, Charanko!? Tendangan
Suiryuu...!!"
"Yah, aku melihatnya..." ucap Saitama. "Kenapa kau heboh sekali?"
"Eeh!?" dalam hati si Muka Asam kaget. "Kenapa bocah ini tenang sekali?" pikirnya. "Ah... Mungkin karena dia seoran amatir."
Turnamen
Super Fight kembali berlanjut. "Baik, tuan-tuan dan nyonya-nyonya!! Aku
yakin kalian semua masih tercengang oleh apa yang terjadi barusan, tapi
turnamen akan segera dilanjutkan pada pertandingan selanjutnya!! Yang
menang akan berhadapan dengan Suiryuu pada babak kedua!!"
"Peserta Benpatsu dari Aliran Jalan Kasar versus Peserta Sneck, pengguna Teknik Tinju Ular Menggigit!!"
Benpatsu memandang Sneck sebelah mata. "Hmm? Seorang Hero Professional, ya? Harus kuakui kalau kau kelihatan lemah.."
Sneck diam saja. "Kalau aku bisa menang melawan Suiryuu yang telah
mengalahkan Max, maka rankingku akan meningkat drastis. Yah... Ayo
lakukan ini satu per satu dulu, pertama-tama aku harus memberi pelajaran
orang bodoh yang sudah berani mengejek Hero ini!!"
Sneck bersiap dengan kuda-kuda ularnya.
Di ruang pembawa acara, seseorang tiba-tiba masuk dengan ekspresi panik.
"K-Kami baru saja mendapat lapora dari pihak keamanan!! Sinyal evakuasi
telah diberikan!! Kelihatannya di luar monster-monster misterius sedang
mengamuk!!"
"Eeh!? Apa kau serius!?"
"Sepertinya suara alarmnya tak terdengar gara-gara teriakan penonton.."
ucap salah seorang lelaki yang ada di ruangan itu. "Saat ini, sebaiknya
kita mengumumkannya pada para penonton."
"Lalu bagaimana dengan turnamennya!?"
"Tak ada pilihan lain, kita harus membatalkannya. Kita juga akan mengganti rugi tiket yang sudah dibeli penonton.."
"Tunggu sebentar!! Kalau kalian memberi peringatan evakuasi, hal itu
malah akan menimbulkan kekacauan.." ucap seseorang yang tiba-tiba saja
masuk.
"Eh!? Siapa di sana!?" saat lelaki itu menoleh, ternyata yang datang adalah Bakuzan, si mantan juara dua kali.
"Bakuzan!? Apa kau mendengar percakapan kami tadi!? Tapi kalau kita tidak mengevakuasi, maka para penonton kemungkinan akan..."
"Tak ada yang perlu dikhawatirkan." ucap Bakuzan. "Tempat ini dipenuhi
ahli bela diri. Kalau monster sampai berani masuk, aku sendiri yang akan
menghabisinya."
Di tempatnya berada saat ini, ponsel Genos berbunyi. Saat melihatnya,
ternyata itu pesan darurat. "Laporan demi laporan kemunculan monster
terus masuk? Jumlah ini... Apa ini serius? Kota C, bahkan di kota ini
juga? Level Bencana masih belum diketahui, haruskah aku memberitahukan
informasi ini pada Master? Tidak, aku yakin saat ini dia pasti sedang
berkonsentrasi penuh untuk menghadapi pertandingan berikutnya..."
"Akan kulakukan seorang diri." ucap Genos. Ia bangun dari tempat
duduknya lalu berjalan keluar stadion. "Tak akan kubiarkan mereka
mengganggu jalannya turnamen ini. Tak peduli sebanyak apapun mangsa
kecil yang ada di luar sana, aku akan melenyapkan mereka semua."
Bersambung ke Chapter 63


1 komentar:
oh ia lanjutin karya menarik ini bray
ReplyPosting Komentar